Credit: Katoliknews - Kardinal Ignatius Suharyo hadir bersama Ketua Konferensi Waligereja Indonesia [KWI] Mgr. Antonius Subianto Bunjamin OSC dalam pengumuman resmi rencana kunjungan Paus Fransiskus pada 3 sampai 6 September mendatang, pada Senin, 8 April 2024, yang disiar melalui kanal youtube Komsos KWI. Pada kesempatan itu, Kardinal Suharyo yang juga Uskup Keuskupan Agung Jakarta [KAJ] menyampaikan empat bahkan lima pesan untuk umat Katolik di Indonesia terkait rencana kehadiran Bapa Suci tersebut.
Pertama, kata dia, kita bersyukur. Ia mengatakan, sebetulnya rencana kedatangan Paus Fransiskus sudah terjadi pada tahun 2020, tetapi karena Covid-19 saat itu, kunjungan pengganti Santo Petrus pun ditunda. “Sekarang, seperti dikatakan oleh Bapa Uskup Anton, sudah ada surat surat resmi termasuk undangan dari Bapa Presiden agar Paus Fransiskus datang ke Indonesia,” kata Kardinal.
Kedua, lanjutnya, kunjungan Paus Fransiskus ini tidak hanya untuk Indonesia, tetapi juga perjalanan panjang dari Indonesia kemudian ke Papua Nugini, Timor Leste, Singapura, dan kemungkinan juga akan ke Vietnam. “Rasa-rasanya belum pernah ada kunjungan yang meliputi lima negara yang jauhnya seperti kita ini,” kata Kardinal. Karena itu, ia meminta dukungan doa agar Paus Fransiskus dikaruniai kesehatan yang memadai untuk menjalankan misi tersebut.
Ketiga, tambah Kardinal Suharyo, melihat perkembangan atau rencana perjalanan yang cukup panjang, karena itu sangat mungkin Paus tidak akan leluasa atau mempunyai banyak waktu di Indonesia. Karena itu, kata dia, kita [umat Katolik Indonesia] juga mesti siap untuk menerima kenyataan bahwa Paus Fransiskus tidak banyak melakukan acara yang seperti diharapkan dari pihak Indonesia. “Usianya sudah tua, rencananya panjang, maka pasti umat Katolik di Indonesia ataupun saudari-saudara kita dalam konteks lintas agama yang bisa membayangkan macam-macam acara, nanti kalau tidak kesampaian kita bisa memahami,” ujar Kardinal asal Sedayu, Yogyakarta itu. “Umat Katolik sendiri di seluruh Indonesia pasti ingin satu per satu berjabatan tangan dengan Paus, tetapi kita semua tahu itu yang tidak mungkin,” tambahnya.
Keempat, kata Kardinal Suharyo, kunjungan Paus ke Indonesia juga bermakna historis, karena Paus Fransiskus adalah kepala negara Vatikan. Adapun Vatikan merupakan Negara yang paling awal mengakui kemerdekaan Indonesia, di samping Mesir, Suriah, Lebanon, dan Yaman. “Dalam sejarah bangsa kita, Vatikan adalah salah satu dari beberapa negara, yang pertama-tama mengakui kemerdekaan Indonesia, dan pada tahun 1947, sudah ada perwakilan Vatikan di Indonesia,” terang Kardinal Suharyo. “Kita merasa bahwa Pimpinan Gereja Katolik seluruh dunia sungguh-sungguh memberi perhatian kepada perjuangan kemerdekaan dan pengisian Kemerdekaan Indonesia,” ungkapnya.
Kelima, Kardinal Suharyo mengatakan, memang kehadiran Paus Fransiskus secara fisik menjadi sangat penting dan sangat membahagiakan, namun yang tidak boleh dilupakan adalah pesan-pesan dan pikiran-pikirannya terkait kemanusiaan.
Hal itu, kata Kardinal, bisa dilihat dalam dua dokumen terakhir dari Paus Fransiskus. Pertama, Laudato Si (2015), mengenai tanggung jawab umat manusia termasuk kita semua untuk menjaga Lingkungan Hidup. Kemudian yang kedua ensiklik Fratelli Tutti (2020), yang berbicara tentang persaudaraan dan persahabatan sosial.Menurut Kardinal, gagasan dalam dua tulisan Paus itu sangat cemerlang, “bukan dalam arti hebat-hebat, tetapi menjadi sangat penting untuk sejarah umat manusia pada zaman kita ini.”
“Sekali lagi, semoga kehadiran Paus Fransiskus secara fisik yang akan datang juga menantang kita, mengundang kita, mendorong kita, untuk mempelajari ajaran-ajarannya dan mencoba mencari jalan-jalan untuk melaksanakannya,” pungkas Kardinal.
Posting Komentar